Pada tanggal 10 hingga 14 Juni 2024, Bangkok, Thailand, menjadi tuan rumah acara bergengsi Southeast Asian Archaeology and Fine Arts 2024. Acara ini berhasil menarik perhatian para arkeolog, akademisi, dan seniman dari berbagai negara di Asia Tenggara, yang berkumpul untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan inovasi terkini dalam bidang arkeologi dan seni rupa. Selama lima hari, para peserta disuguhi serangkaian sesi yang mendalam dan informatif, memperkaya wawasan tentang pelestarian warisan budaya dan pengelolaan situs purbakala di kawasan Asia Tenggara.
Salah satu sesi dalam forum tersebut adalah materi yang dibawakan oleh dosen Arkeologi Universitas Hasanuddin sekaligus ahli cagar budaya yakni Dr. Yadi Mulyadi dengan judul “Creating a Cultural Heritage Management Plan – Case and Lessons from the Maros-Pangkep Geopark”. Sesi ini menarik minat peserta forum karena Maros-Pangkep Geopark dikenal sebagai salah satu situs geopark yang paling signifikan dan kaya akan warisan budaya di Indonesia, bahkan di dunia.
Dalam materi yang dipaparkan terkait tentang proses dan tantangan dalam menciptakan rencana pengelolaan warisan budaya untuk Maros-Pangkep Geopark. Geopark ini tidak hanya menyimpan kekayaan geologi yang luar biasa, tetapi juga warisan budaya yang berharga, termasuk gua-gua prasejarah dengan lukisan dinding yang berusia ribuan tahun dan dalam materi juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik yang mencakup aspek geologi, biologi, dan budaya dalam upaya pelestarian dan pengelolaan situs tersebut.
Selain presentasi dari Dr. Yadi Mulyadi, acara Southeast Asian Archaeology and Fine Arts 2024 juga menampilkan berbagai sesi lainnya yang tidak kalah menarik. Para peserta dapat menikmati presentasi tentang teknik terbaru dalam penggalian arkeologi, penggunaan teknologi digital dalam dokumentasi artefak, serta diskusi tentang peran seni rupa dalam memperkaya interpretasi sejarah dan budaya. Setiap sesi dirancang untuk memberikan wawasan baru dan mendorong diskusi yang konstruktif di antara para peserta.
Acara ini juga menyediakan platform untuk para seniman lokal dan internasional memamerkan karya-karya mereka yang terinspirasi oleh warisan budaya Asia Tenggara. Pameran seni ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para peserta dan pengunjung, memberikan perspektif artistik terhadap sejarah dan budaya kawasan ini. Karya-karya yang dipamerkan mencerminkan keindahan dan keragaman warisan budaya yang ada di Asia Tenggara, sekaligus menegaskan pentingnya pelestarian budaya dalam konteks modern.
Tidak hanya itu, Southeast Asian Archaeology and Fine Arts 2024 juga menyelenggarakan berbagai lokakarya dan diskusi panel yang memberikan kesempatan kepada para peserta untuk berinteraksi langsung dengan para ahli dan praktisi di bidangnya. Diskusi ini mencakup berbagai topik, mulai dari strategi pelestarian warisan budaya hingga tantangan yang dihadapi dalam menghadapi perubahan lingkungan dan urbanisasi.
Keseluruhan acara ini tidak hanya memperkaya pengetahuan para peserta, tetapi juga memperkuat jaringan profesional di antara para ahli arkeologi dan seniman di Asia Tenggara. Dengan berbagai sesi yang inspiratif dan informatif, Southeast Asian Archaeology and Fine Arts 2024 berhasil menjadi ajang yang penting dalam upaya pelestarian dan promosi warisan budaya kawasan ini. Partisipasi Dr. Yadi Mulyadi dan kontribusinya dalam sesi tentang Maros-Pangkep Geopark menjadi salah satu sorotan utama yang menunjukkan dedikasi dan upaya berkelanjutan dalam menjaga dan mengelola warisan budaya untuk generasi mendatang.